Selasa, 23 November 2010

Betapa Penting Peta Bencana

Keperluan informasi daerah rawan bencana di Indonesia mulai dirasakan sangat mendesak sejak terjadinya bencana alam yang terjadi di banyak tempat di Indonesia seperti gempabumi dan tsunami di NAD dan Nias, gempa bumi di Yogyakarta dan Jawa Tengah 27 Mei 2006, longsor di Ledoksari Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar yang tidak hanya menimbulkan kerugian harta tetapi juga korban nyawa manusia. Informasi daerah rawan bencana tersebut antara lain untuk penunjang perencanaan wilayah, perencanaan dan pengembangan infrastruktur/sarana prasarana dasar, perencanaan perumahan/pemukiman maupun pengembangan ekonomi wilayah dalam upaya mitimigasi bencana alam.
Penanggulangan yang telah dilakukan selama ini belum dilakukan secara sistematis sehingga sering terjadi tumpang tindih dan bahkan terdapat upaya penting yang terlewatkan. Oleh karena itu, kita perlu menyusun konsep penanggulangan bencana berbasis SIG (Sistem Informasi Geografis) yang baik. Sebelum penyusunan konsep tersebut, kita perlu mengenal beberapa istilah antara lain: bencana, risiko bencana, ancaman bencana, kerentanan, kemampuan, analisis resiko bencana, peta, peta ancaman, peta kerentanan, dan peta risiko bencana.
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang diakibatkan baikoleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun manusia, sehingga menimbulkan korban jiwa, manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis (pasal 1 ayat 1 uu no 24 2007).
Resiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada satu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta benda dan gangguan kegiatan masyarakat (pasal 1 ayat 17 uu no 24 2007).
Ancaman bencana adalah kejadian atau peristiwa yang mempunyai potensi dapat menimbulkan bencana (pasal 1 ayat 13 uu no 24 2007).
Kerentanan adalah suatu kondisi yang ditentukan oleh faktor-faktor atau proses-proses fisik, sosial, ekonomi, dan lingkungan yang menyebabkan peningkatan kerawanan masyarakat dalam menghadapi bahaya.
Kemampuan adalah penguasaan sumberdaya, cara dan kekuatan yang dimiliki masyarakat yang memungkinkan mereka untuk mempersiapkan diri, mencegah, menjinakan, menanggulangi, mempertahankan diri serta dengan cepet memulihkan diri akibat dari bencana.
Analisis risiko bencana adalah kegiatan penelitian terhadap potensi kerugian yang ditimbulkan oleh bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu.
Peta adalah gambaran dari unsur-unsur alam dan atau buatan manusia yang berada diatas maupun dibawah permukaan bumi yang digambarkan dalam suatu bidang datar dengan skala tertentu.
Peta ancaman adalah petunjuk zonasi tingkat ancaman suatu jenis ancaman bencana pada suatu daerah dalam waktu tertentu.
Peta kerentanan adalah petunjuk zonasi tingkat kerentanan terhadap suatu jenis ancaman bencana pada suatu daerah dalam waktu tertentu.
Peta risiko bencana adalah peta petunjuk zonasi tingkat risiko bencana pada suatu daerah dalam waktu tertentu yang merupakan hasil perpaduan peta bahaya dan peta kerentanan. Peta risiko bencana bersifat dinamis harus diperbarui dalam waktu tertentu dan disajikan dalam bentuk gambar dengan warna dan simbol dengan keterangan yang jelas.
Bencana alam, jika ditinjau dari penyebabnya dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu bencana alam geologis, klimatologi, dan ekstra-terestrial. bencana alam geologis adalah bencana alam yang disebabkan oleh gaya-gaya dari dalam bumi. Sedangkan bencana alam klimatologi adalah bencana alam yang disebabkan oleh perubahan iklim, suhu atau cuaca. Lain halnya dengan bencana alam ekstra-terestrial, yaitu bencana alam yang disebabkan oleh gaya atau energi dari luar bumi. Bencana alam geologis dan klimatologi lebih sering berdampak terhadap manusia.
Tidak seperti bencana alam yang ditimbulkan oleh cuaca (klimatologi) yang sudah dapat diprediksi kedatangannya, arah dan di lokasi mana daerah yang akan dilanda, bencana alam geologis terutama gempa bumi sekarang masih sulit untuk diprediksi, sehingga fenomena alam itu sifatnya tiba-tiba.
Namun demikian, fenomena atau peristiwa alam pada dasarnya mempunyai karakteristik umum, yakni gejala awal, gejala utama, dan gejala akhir. Pada kejadian-kejadian bencana alam geologis, gejala awal awal tersebut sering berjalan terlalu cepat berjangka waktu singkat ke gejala utama, sehingga tidak dapat mengantisipasi datangnya gejala utama.
Maka usaha untuk mendeteksi datangnya gejala wala sangat penting dalam mengantisipasi bencana alam. Beberapa gejala awal dari beberapa bencan geologis dan bencana alam klimatologi yang menyangkut aspek morfologi muka bumi yang bisa dipelajari dan diamati sebelum munculnya gejala utama.
Untuk mendukung hal ini, diperlukan pengetahuan mengenai cara melakukan penyajian informasi rawan bencana yang efektif, efisien, informatif serta akurat. Adapun hal pendukung tersebut adalah pengetahuan tentang SIG.

Sabtu, 03 April 2010

Kuatnya Besi Besi Tua. . . . .

Kontest Foto Lingkungan Hidup Peringatan Hari Bumi 2010



Saat Lingkunganku Merana. . . . .

Kontest Foto Lingkungan Hidup Peringatan Hari Bumi 2010

Jumat, 19 Maret 2010

Pengalaman Ekspedisi P.Sempu-Malang-Jatim




Cagar Alam Pulau Sempu secara geografis terletak pada 112° 40′ 45″ - 112° 42′ 45″ bujur timur dan 8° 27′ 24″ - 8° 24′ 54″ lintang selatan. Pulau yang memiliki luas kurang lebih 877 hektar, berbatasan langsung dengan Selat Sendang Biru pada bagian utara dan dikepung Samudera Hindia di sisi bagian selatan, timur dan barat.Pulau Sempu memiliki empat ekosistem yakni ekosistem hutan mangrove, ekosistem hutan pantai, ekosistem danau dan hutan tropis dataran rendah. Sesuai penelitian beberapa ahli, iklim kawasan pulau Sempu termasuk tipe C dengan curah hujan rata-rata 2.132 mm per tahun. Musim hujan umumnya terjadi pada bulan Oktober dan April, sedangkan musim kemarau terjadi antara bulan Juli sampai September.
Di pulau Sempu terdapat lebih dari 223 jenis tumbuhan, dan 144 lebih jenis burung spesies baru dan mamalia dan hewan langka lainnya. Malah, di pulau itu masih ada macan Tutul serta 20 spesies Macan Kumbang. Akan tetapi selama kami berada di sana kami tidak menjumpai spesias( macan kumbang) ini , Untuk daerah malang selatan kami memulai perjalanan dari desa suka dono Kecamatan dampit,melewati Desa Sido rejo, desa glondong ,desa krajan tambak rejo dan pantai sendangt biru, di mana ekosistemnya terdiri dari ekosistem hutan gunung, ekosistem hutan pantai dan ekosistem dataran rendah jenis flora yang kami temui hampir keseluruhan sudah bukan hutan asli karena sudah di manfaatkan masyrakat untuk bertani kopi,dan kakao, sedangkan dari jenis fauna yang kami jumpai ada baebrapa jenis Aves dan bajing, mata pencaharian masyarakat setempat bertani dan ada bebrapa juga yang menjadi nelayan.



Penelitian
Penelitian dari tim PC, yang kami lakukan hanya pada Cagar Alam Pulau Sempu penelitian hanya sehari, sehingga tidak maksimal di sebabkan karena keterbatasan waktu Expedisi, berikut ini adalah hasil penelitian yang kami peroleh :


1. Pembentukan Segara anakan
segara anakan yang merupakan sebuah lagoon dengan adanya terumbu karang yg masih sangat muda. Menurut kami sebagai Tim Ekspedisi VII Pangea Cruiser yang melakukan perjalanan dan pengamatan pada daerah ini ada beberapa kemungkinan :
Ø Segara Anakan bias saja terbentukkarena adanya arus besar, yang dimana batu gamping mendapat hantaman ombak secara terus menerus sehingga membuat hancur dinding pantai yang pada dasarnya terdiri atas terumbu menjadi hancur dan tertembus oleh air, menyebabkan air laut masuk.
Ø Penyebab adanya sebuah cekungan yang hampir menyerupai Danau berguna sebagai tempat penampung air laut, bias jadi dikarenakan adanya struktur kekar yang terhantam dan tergerus terus menerus oleh air dengan data kekar
§ N222’E/67’
§ N218’E/69’
Yang terdapat pada didnding bagian barat Segara Anakan.

Adapun volume air pada Segara Anakan selalu berubah tiap waktu. Pada pagi hari 06.00-11.00 volume air di Segara Anakan cenderung stabil, tidak terlalu dalam dan surut, serta tidak terlalu berombak. Serta menampilkan pemandangan terindah dari Segara Anakan,karena pantulan sinar matahari. Memasuki pukul 11.00-14.00 volume air akan surut menjadi daratan, sehingga kita dapat melihat langsung terumbu muda yang ada di Segara Anakan serta menyentuhnya secara langsung. Sore hari suplai air di segara Anakan kembali meningkat perlahan-lahan, sampai akhirnya pada malam harinya terjadi pasang dengan ombak yang cukup kuat, dan berulang terus setiap harinya


2. Telaga lele
Telaga lele adalah telaga air tawar yang terletak di bagian timur laut Segara anakan, yang arah umumnya Utara – Selatan, pada telaga ini di kelilingi oleh vegetasi yang sudah berumur tua dan bebrapa diantaranya sudah tumbang (mungkin karena akarnya tidak dapat menembus batuan dasarnya) , bukan hanya itu di telaga ini juga kami temukan tumbuhan jenis hidra yang menghiasi air telaga tersebut, dari segi faunanya yang kami jumpai beberapa ikan salah satunya jenis Mujair yang anehnya kami tidak menjumpai ikan lele, di sekelilingnya kami jumpai monyet dan beberapa jenis Aves yang sedang minum serta memangsa ikan di telaga tersebut.

Untuk genesa (pembentukan) telaga lele kami masih mengalami kesulitan di sebabkan minimnya data yang kami perolehan, sebenarnya kami sangat ingin mengungkap mengapa sebuah telaga air tawar bisa terbentuk di sebuah pulau( Pulau sempu) yang notabene batuannya cenderung permeabel( yang meloloskan air),masalah lainnya seuplai airnya dari mana, kalau dari air hujan pasti sudah menguap kerena pada musim kemarau panjang airnya juga tidak kering, tetapi karena keterbatasan waktu kami, sehingga data yang kami peroleh tidak mencukupi untuk mengungkap hal tesebut, utuk itu mungkin masalah ini bisa di ungkap untuk expedisi mendatang atau untuk tesis penelitian selanjutnya


3. Pengembangan Pulau Sempu.
Pulau sempu adalah pulau yang sangat indah bahkan keindahannya mengalahkan keindahan di pulau bali (yang sangat populer di negarara kita) yang sangat berpotensi besar untuk di jadikan objek wisata lokal maupaun manca negara, akan tetapi kesadaraan untuk menjaga lingkungan dari wisatawan yang datang sangatlah minim, sehingga sanagat mempengaruhi ekosistem sekitar karena sampah yang di buang. Beberapa jenis sampah yang umumnya di buang yaitu sampah an organik yang susah terurai, seperti plastik, botol – botol air mineral, beberapa di antaranya sampah organik yang membutuhkan waktu lama untuk terurai,seperti jenis dus( karton) air mineral gelasan atau kertas bungkusan makanan yang sudah di bawa oleh pengunjung dari luar Pulau. Jika hal ini di lakukan terus menerus maka ekoskistem yan ada pada pulau sempu akan tertanggu dan kesannya sudah bukan sebagai daerah cagar alam tetapi daerah pariwisata
Oleh sebab itu kami menghimbau kepada pihak BKSDA Cagar alam Pulau sempu agar lebih menertibkan wisatawan yang masuk, dan ijin untuk masuk pulau sempu di persulit agar ke asrian pulau sempu tetap terjaga sebagai surganya pulau jawa,